Saturday, April 26, 2008

Ketika Tidak Suka


Suatu hari seorang penebang kayu kehilangan kapaknya. Dia mengira yang mengambil kapak tersebut adalah anak tetangganya. Hari itu dia melihat segala tingkah laku dan gaya bicaranya seperti seorang pencuri. Keesokan harinya ketika dia kembali ke tempat kemarin menebang kayu, dia menemukan bahwa kapaknya ada di sana. Ternyata dia meninggalkan kapaknya di sana. Ketika dia kembali ke rumahnya. Segala sesuatu yang dilakukan oleh anak yang dia kira sebagai pencuri tersebut biasa saja, tidak ada yang spesial.

Dari kisah diatas dapat dilihat bahwa ketika kita merasa tidak suka terhadap sesuatu (bisa orang, benda, keadaan tertentu, dll), segala sesuatu yang berhubungan dengan hal tersebut akan terlihat tidak kita sukai atau bahkan kita benci. Dapat dikatakan pada saat itu kita tidak dapat berpikir dengan jernih. Segala sesuatu yang kita pikirkan dipengaruhi oleh perasaan tidak suka tersebut. Inilah yang terkadang membuat kita bertindak secara tidak rasional (terbawa emosi).
Ketika berada pada situasi seperti ini yang harus kita lakukan adalah tetap tenang dan berusaha mencari solusinya. Kita harus melihatnya dari dua sisi, sisi positif dan negatif. Apa yang akan terjadi jika kita terus tidak suka terhadap hal tersebut? Dan apa yang akan terjadi jika kita membuatnya sebagai sesuatu yang kita sukai (bukan sesuatu yang kita benci)? Dalam hal ini kita tidak boleh hanya mengutamakan diri sendiri, tetapi harus mengutamakan kebaikan bersama. Sebab ketika tidak suka, kita dapat merusak segalanya...

Thursday, April 17, 2008

Situasi Kerja Tidak Kondusif

Bisa dibilang beberapa bulan belakangan ini, sedang ada persaingan di antara para pimpinan. Ditambah lagi dengan angka yang dicapai sekarang masih jauh dari target. Aksi saling menyalahkan sudah menjadi hal biasa. Jika satu unit/divisi ada masalah, maka bersiap-siaplah untuk membuat benteng pertahanan. Alasannya, untuk mengantipasi kalau-kalau mereke mencari kambing hitam. Belum lagi masalah pribadi diantara masing-masing individu. Situasi menjadi semakin menegangkan. Segala sesuatu dianggap sebagai ancaman. Semua tindak-tanduknya dicurigai. Kalau bisa pada saat berbincang-bincang pun direkam. Antisipasi jikalau perkataan kita diputarbalikkan. Sampai-sampai terkadang menimbulkan kesan mencari-cari kesalahan. Walaupun itu perang antar pimpinan, karyawan pun terkena dampaknya (yang seharusnya tidak terlibat). Karyawan pun diminta untuk berhati-hati dan selalu waspada. Jika sedang ngobrol dan ada pertanyaan-pertanyaan yang bisa dibilang berusaha mencari tau, harap untuk tidak dijawab atau jawab seperlunya saja. Jika pimpinan divisi lain mengajak ngobrol di saat pimpinan sudah pulang, sebisa mungkin untuk tidak memberikan informasi apapun, kalau perlu direkam juga.
Lingkungan kerja seperti ini sungguh tidak enak. Karyawan menjadi merasa tidak nyaman dan dapat membuat kinerja turun. Mungkin masuk kantor pun malas. Divisi yang seharusnya saling bekerjasama untuk mencapai target tersebut justru saling menjatuhkan dan saling serang. Bagaimana target mau tercapai jika cara kerjanya seperti itu. Dalam bekerja hal utama yang dibutuhkan adalah kerjasama. Jika tidak ada kerjasama maka hasil yang dicapai tidak akan maksimal. Mudah-mudahan saja, para pimpinan tersebut cepat sadar bahwa yang mereka lakukan mempengaruhi semua orang yang berada di sekitarnya.

Tuesday, April 08, 2008

Hal-Hal Kecil

Terkadang kita menganggap remeh hal kecil. Kita merasa hal tersebut tidak berpengaruh, tidak penting, tidak ada gunanya, dan sebagainya. Tetapi bagi orang lain hal tersebut belum tentu kecil, mereka bisa saja menganggapnya sebagai hal yang besar dan sangat penting untuknya. Memang jika hal-hal kecil tersebut dibiarkan begitu saja dapat menumpuk dan dapat mengakibatkan sesuatu yang besar (akibat dari akumulasi yang kecil-kecil tadi). Sebagai contoh kita membuang bungkus permen sembarangan. Memang bungkus permen kecil dan kita berpikiran," ah, itu kan kecil gapapa lah". Memang itu kecil, bagaimana jika semua orang berpikiran seperti itu. Apa yang terjadi? Bungkus permen yang kecil itu akan menumpuk. Nah, kalau sudah begitu banjir pun datang di musim penghujan. Inilah salah satu contoh hal kecil berakibat besar.
Terkadang hanya karena permasalahan kecil bisa terjadi pertumpahan darah (ekstrim banget ya..). Contohnya, tawuran antar pelajar. Apa sih penyebab tawuran tersebut? Biasanya hanya karena saling ledek dan saling ejek ketika bercanda. Yang dilidek merasa tersinggung, sedangkan yang meledek merasa itu adalah hal biasa yang tidak usah di besar-besarkan. Akhirnya cerita ke temen-temennya, mulai deh istilah solidaritas keluar. Solidaritas dalam hal yang tidak benar.
Jadi, dapat disimpulkan agar tidak menyepelekan hal sekecil apapun. Karena kita tidak tahu apa yang dapat ditimbulkan hal kecil tersebut.